√ ADAB BERDOA: Maksud, Waktu Mustajab Berdoa, Sebab

Adab Berdoa – Umat Islam diajarkan untuk memiliki adab yang baik dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam berdoa saat memohon kepada Allah SWT. Adab berdoa adalah penting dalam menunjukkan ketundukan, kerendahan hati, dan penghargaan kepada Allah dalam setiap permohonan yang diajukan.

Apa itu Doa?

Perkataan “doa” berasal dari bahasa Arab yang bermakna seruan, panggilan, ajakan, atau permintaan. Dalam konteks agama dan syariat Islam, doa merujuk kepada tindakan memohon dan berbicara kepada Allah dengan penuh keikhlasan dan harapan.

Allah SWT menekankan pentingnya berdoa dalam Al-Quran dan mengundang umat manusia untuk berdoa kepada-Nya dalam segala aspek kehidupan.

Di dalam surah Ghafir (40), ayat 60, Allah berfirman:

“Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk ke dalam Neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.”

Ayat ini menggariskan bahwa Allah SWT memanggil manusia untuk berdoa kepada-Nya dengan tulus dan rendah hati. Allah menegaskan bahwa Dia akan mengabulkan doa hamba-Nya yang datang dengan hati yang rendah dan penuh pengharapan. Namun, dalam ayat ini juga ditekankan bahwa sikap sombong dan menolak untuk menyembah Allah dapat membawa akibat yang buruk, yaitu masuk ke dalam Neraka Jahannam dalam keadaan yang hina dan dina.

Doa adalah bentuk komunikasi langsung antara manusia dengan Allah, tempat di mana hamba dapat menyampaikan segala harapan, kebutuhan, dan permintaan mereka kepada Sang Pencipta. Oleh karena itu, umat Islam diajarkan untuk menghargai doa sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah, mengungkapkan kerendahan hati, dan mengakui ketergantungan mutlak kepada-Nya.

Bilakah Waktu Mustajab Berdoa?

Doa yang terlintas dalam hati juga memiliki peluang untuk dikabulkan, apalagi jika doa tersebut diucapkan pada waktu-waktu yang dianggap mustajab. Oleh karena itu, kita diajarkan untuk berdoa kapan saja kita inginkan atau saat kita merasa ingin berkomunikasi secara pribadi dengan Allah.

Salah satu hadis yang ditegaskan adalah bahwa kita dapat membaca doa pada waktu malam, dan ini juga mengindikasikan bahwa kita dapat berdoa kapan saja selama malam, berharap bahwa doa kita akan diterima di waktu yang mustajab. Hal ini sejalan dengan ajaran dari Imam al-Nawawi dalam kitab “al-Minhaj” (6/36).

Jabir bin Abdillah RA berkata, aku mendengar Nabi SAW pernah bersabda:

إِنَّ فِي اللَّيْلِ لَسَاعَةً لَا يُوَافِقُهَا رَجُلٌ مُسْلِمٌ، يَسْأَلُ اللهَ خَيْرًا مِنْ أَمْرِ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، إِلَّا أَعْطَاهُ إِيَّاهُ، وَذَلِكَ كُلَّ لَيْلَةٍ

Maksudnya:

“Sesungguhnya pada satu malam ada satu waktu, tidaklah seorang muslim itu memohon kepada Allah akan sesuatu kebaikan daripada urusan dunia dan akhirat, melainkan Allah SWT akan memperkenankannya. Demikian itu berlaku pada setiap malam.” 

Riwayat Muslim (757)

Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Jabir bin Abdillah RA, Nabi SAW menjelaskan bahwa pada setiap malam ada satu waktu ketika doa-doa akan dikabulkan oleh Allah SWT. Ini mengajarkan pentingnya berdoa sepanjang malam dengan keyakinan dan harapan yang tinggi.

Namun, hadis ini juga menunjukkan bahwa tidak ada waktu yang spesifik yang ditentukan untuk doa yang mustajab. Ini adalah salah satu hikmah yang mendorong kita untuk berdoa dengan tekun dan sungguh-sungguh pada setiap waktu, dengan harapan bahwa kita akan menemukan waktu-waktu yang mustajab untuk berdoa.

Ketika kita memperhatikan malam al-Qadar, kita dapat menggambarkan semangat kita dalam mencari keberkahan. Demikian pula, Allah senang dengan hamba-Nya yang sungguh-sungguh dalam mencari berkah-Nya.

Selain dari hadis di atas, terdapat juga hadis lain yang menjelaskan bahwa doa-doa yang paling didengar oleh Allah SWT adalah doa yang diucapkan di tengah malam dan setelah melaksanakan solat fardhu. Ini menunjukkan bahwa ada waktu-waktu tertentu yang lebih mustajab untuk berdoa.

Satu lagi hadis menjelaskan bahwa waktu mustajab untuk berdoa adalah pada hari Jumat.

يَوْمُ الْجُمُعَةِ اثْنَتَا عَشْرَةَ سَاعَةً، لَا يُوجَدُ فِيهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ يَسْأَلُ اللَّهَ شَيْئًا إِلَّا آتَاهُ إِيَّاهُ، فَالْتَمِسُوهَا آخِرَ سَاعَةٍ بَعْدَ الْعَصْرِ

Maksudnya: 

“Hari Jumaat mempunyai 12 jam, padanya terdapat satu waktu yang mana tidak ada seorang hamba yang meminta sesuatu kepada Allah SWT melainkan Allah SWT akan memberikan apa yang dimintanya itu kepadanya. Maka carilah waktu tersebut pada akhir waktu selepas asar ”. 

Riwayat al-Nasa’ie, (1389)

Hadis ini dinilai sahih oleh al-Hafiz Ibn Hajar al-Asqalani di dalam Nataij al-Afkar, 2/436

Rasulullah SAW mengajarkan bahwa hari Jumat memiliki 12 jam, dan pada waktu-waktu tersebut, setiap doa yang diminta kepada Allah SWT akan dikabulkan. Oleh karena itu, dianjurkan untuk mencari waktu tersebut pada akhir waktu, setelah salat asar.

Kesemua hadis ini mengajarkan pentingnya berdoa dengan niat yang tulus dan harapan kepada Allah, serta memahami bahwa ada waktu-waktu tertentu yang lebih mustajab untuk berdoa. Namun, Allah juga dapat mengabulkan doa-doa kita yang tulus pada waktu-waktu lain, sehingga kita diingatkan untuk senantiasa berdoa dan berserah diri kepada-Nya.

Kenapa Kena Berdoa?

“Kenapa perlu berdoa jika segala sesuatu telah tertakdirkan? Adakah mungkin saya dapat mengubah takdir dengan berdoa apabila saya menginginkan sesuatu?

Sebenarnya, ada beberapa cara di mana Allah menjawab doa. Nabi Muhammad telah mengungkapkan ini dengan jelas:

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ وَلَا قَطِيعَةُ رَحِمٍ إِلَّا أَعْطَاهُ اللَّهُ بِهَا إِحْدَى ثَلَاثٍ إِمَّا أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ

دَعْوَتُهُ وَإِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ وَإِمَّا أَنْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنْ السُّوءِ مِثْلَهَا قَالُوا إِذًا

نُكْثِرُ قَالَ اللَّهُ أَكْثَرُ

“Tidaklah seorang Muslim berdoa yang tidak mengandungi dosa dan tidak bertujuan memutus silaturahim, melainkan Allah SWT akan mengabulkannya dengan tiga cara;

(1). Allah akan segera memenuhi doanya,

(2). Allah akan menyimpan pahala doa itu untuknya di akhirat,

(3). Allah akan menjauhkannya dari kejahatan yang serupa.

Para sahabat bertanya, “Jika begitu, kami akan berdoa lebih banyak?” Nabi SAW menjawab, “Allah akan banyak mengabulkan doa-doamu.”

Riwayat: Ahmad – Sahih

Jadi, apakah perlu berdoa atau tidak, kita juga harus merujuk kepada firman Allah:

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ

“Dan Tuhanmu berfirman, ‘Berdoalah kepadaKu, niscaya Aku akan memenuhi permohonanmu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong dari beribadah dan berdoa kepadaKu, akan memasuki neraka Jahannam dalam keadaan merendahkan diri.”

Surah Ghafir:60

Etika dalam berdoa juga telah diajar oleh Nabi Muhammad SAW melalui perkataan ini:

إِنَّ الدُّعَاءَ يَنْفَعُ مِمَّا نَزَلَ وَمِمَّا لَمْ يَنْزِلْ ، فَعَلَيْكُمْ عِبَادَ اللهِ بِالدُّعَاءِ

“Benar-benar doa itu memberi manfaat, baik terhadap apa yang telah terjadi maupun yang belum terjadi. Oleh itu, wahai hamba Allah, berdoalah.”

Riwayat al-Tirmizi (3548)

Namun, tahukah Anda bahwa berdoa bukan sekadar meminta, tetapi kekuatan doa juga mampu mengubah takdir seseorang. Oleh karena itu, berdoalah dengan sopan dan penuh adab.

Seperti yang dijelaskan dalam hadis ini:

Dari Thauban R.A, Rasulullah pernah bersabda:

إِنَّ الرَّجُلَ لَيُحْرَمُ الرِّزْقَ بِالذَّنْبِ يُصِيبُهُ ، وَلاَ يَرُدُّ الْقَدَرَ إِلاَّ الدُّعَاءُ

“Seseorang mungkin terhenti dari rezeki karena dosa yang dia lakukan. Takdir pun dapat diubah hanya melalui doa.”

Riwayat Ibn Majah (4022),

Ahmad (22745),

dan al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman (9752)

Etika dalam berdoa juga dijelaskan dalam Kitab Majmu’ Fatawa, yang menjelaskan bahwa jika seseorang diberkahi dengan kebaikan melalui doa, maka kebaikan itu hanya akan tiba melalui doa tersebut. Oleh itu, semoga artikel tentang etika berdoa ini dapat memberikan bantuan.

“Siapa yang berkata, ‘Saya tidak akan berdoa atau memohon karena saya hanya mengandalkan takdir,’ maka orang tersebut keliru. Ini karena Allah SWT telah menjadikan doa dan permohonan sebagai sarana untuk mendapatkan pengampunan, rahmat, bimbingan, pertolongan, dan rezeki-Nya. Jika seseorang telah dianugerahi kebaikan melalui doa, maka kebaikan itu hanya akan diperoleh melalui doanya.”

Majmu’ Fatawa, 8/69.

Baca juga: SURAH AT TIN: Rumi, Maksud, Kelebihan LENGKAP.

Adab Berdoa yang Diajarkan dalam Islam

Berdoa bukan hanya tentang menadahkan tangan dan mengucapkan kata-kata, tetapi juga melibatkan adab-adab tertentu yang perlu kita perhatikan agar doa kita lebih bermakna dan dapat memperoleh keberkatan dari Allah SWT.

Berikut adalah beberapa adab berdoa yang dapat kita amalkan sepanjang masa:

1. Berwuduk sebelum Berdoa

Betul, berwuduk adalah suatu amalan dalam Islam yang melibatkan menggunakan air dengan niat untuk membersihkan anggota wuduk yang wajib, sekaligus menghilangkan hadas kecil. Walaupun berwuduk sebelum berdoa tidak diwajibkan, namun amalan ini dianjurkan atau sunat dilakukan. Terdapat sebuah hadis yang menguatkan manfaat berwuduk dalam membersihkan dosa:

“Apabila seorang Muslim berwuduk, ketika membasuh muka, maka keluar dari wajahnya dosa-dosa yang pernah dilakukan matanya bersama titisan air yang terakhir. Ketika membasuh kedua tangannya, maka keluarlah setiap dosa yang pernah dilakukan tangannya bersama titisan air yang terakhir. Ketika membasuh kakinya, maka keluarlah dosa yang dijalani oleh kakinya bersama titisan air yang terakhir, sampai ia bersih dari semua dosa.” – (Riwayat Muslim)

Hal ini menunjukkan bahawa berwuduk bukan sahaja membersihkan tubuh secara lahiriah, tetapi juga memiliki makna spiritual. Proses berwuduk diyakini dapat menghapuskan dosa-dosa minor dan menjadikan diri kita lebih suci di mata Allah. Oleh itu, berwuduk sebelum berdoa adalah amalan yang dianjurkan dan dapat menambah nilai kesucian serta kekhusyukan kita ketika berkomunikasi dengan Allah melalui doa.

2. Mengangkat Kedua-Dua Belah Tangan Sambil Berdoa

Sunnah yang diamalkan oleh Rasulullah SAW ketika berdoa adalah dengan mengangkat kedua-dua tangan ke arah langit. Abdullah Bin Umar RA meriwayatkan bahawa Nabi Muhammad SAW mengangkat kedua-dua tangannya, lalu baginda berdoa: “Ya Allah, aku berlepas diri kepada-Mu daripada apa yang dilakukan oleh Khalid (dua kali).” – (Riwayat Al-Bukhari)

Dalam hadis lain, Abu Musa berkata: Kemudian Rasulullah SAW mengangkat kedua-dua tangannya, lalu beliau berdoa: “Ya Allah, ampunilah dosa ‘Ubaid Bin ‘Amir,” dan aku melihat keputihan ketiak baginda. – (Hadis Riwayat Imam Bukhari)

Setelah selesai berdoa, sunnah juga untuk kita menyapu dengan kedua-dua tangan tersebut. Dengan mengamalkan sunnah ini, kita mengikuti tuntunan Nabi Muhammad SAW dalam berdoa, yang bukan sahaja membantu menjadikan doa kita lebih bermakna, tetapi juga menunjukkan rasa rendah diri dan tunduk kepada Allah SWT.

3. Berdoa dengan Merendah Diri

Berdoa memiliki simbolik yang kuat sebagai ungkapan bahwa kita adalah hamba yang lemah dan sangat bergantung kepada kebesaran Allah SWT, yang adalah pemilik dunia dan segala isinya. Melalui berdoa, kita mengakui ketergantungan kita kepada-Nya dan mengakui bahwa hanya Allah SWT yang mampu memenuhi segala keperluan dan harapan kita.

Sikap ini seharusnya menjadikan kita lebih rendah diri dan tawaduk, mengakui bahwa kita adalah makhluk yang lemah di hadapan Allah SWT. Dalam berdoa, kita meletakkan diri sebagai hamba yang memohon ampunan, rahmat, dan pertolongan-Nya. Sikap tawaduk ini juga mencerminkan penghambaan kita kepada Allah sebagai Pencipta dan Pemilik segala-galanya.

Di dalam Al-Quran, terdapat banyak kisah tentang para Nabi yang berdoa kepada Allah dalam keadaan tawaduk dan rendah diri. Contohnya, kisah Nabi Ayyub ketika ia memohon kepada Allah dalam keadaan tertimpa penyakit:

“Dan (ingatlah kisah) Ayyub, ketika ia menyeru Tuhannya: ‘Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang.”

– (Surah Al-Anbiyaa, ayat 83)

Demikian juga kisah Nabi Zakaria, yang dalam berdoanya menunjukkan rendah diri dan ketergantungan kepada Allah:

“Dan (ingatlah kisah) Zakaria, tatkala ia menyeru Tuhannya: ‘Ya Tuhanku, janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diri, dan Engkaulah waris yang paling baik.”

– (Surah Al-Anbiyaa, ayat 89)

Kedua contoh ini mengajarkan kita tentang pentingnya sikap tawaduk dan rendah diri dalam berdoa, serta mengakui bahwa Allah adalah sumber segala kebaikan dan pertolongan.

4. Berdoa dengan Penuh Yakin

Keyakinan dalam berdoa adalah aspek yang sangat penting. Meskipun kita tidak tahu dengan pasti tentang qada dan qadar yang telah ditetapkan dalam hidup kita, kita harus tetap yakin bahwa Allah SWT mendengar doa-doa kita dan mampu mengabulkannya. Doa yang sungguh-sungguh, penuh penghayatan, dan didasari oleh keyakinan yang kuat memiliki dampak yang lebih dalam terhadap jiwa dan hati kita.

Ketika kita berdoa, tidak cukup hanya mengucapkan kata-kata dengan cepat tanpa merenungkan maknanya. Doa harus datang dari hati yang yakin bahwa Allah SWT akan mendengarkan dan mengabulkan permohonan kita. Kita perlu meyakini bahwa Allah adalah Maha Kuasa dan Maha Mendengar, dan bahwa Dia adalah satu-satunya yang mampu memutuskan apa yang terbaik untuk kita.

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Anas RA, Rasulullah SAW memberikan petunjuk tentang pentingnya keyakinan dalam berdoa:

“Apabila kamu berdoa, hendaklah kamu bersungguh-sungguh, yakin dalam doa (bahawa Allah Taala mendengar dan mengabulkan). Janganlah kamu berdoa dengan kalimah, “Ya Allah, jika Engkau mahu, berilah aku!” Kerana sesungguhnya Allah Taala tidak dipaksa memenuhi sesuatu doa.”

– (Hadis Riwayat Anas)

Dalam hadis ini, Rasulullah SAW mengingatkan kita agar tidak meragukan kekuasaan Allah dalam mengabulkan doa. Kita harus berdoa dengan keyakinan bahwa Allah mendengar dan mampu mengabulkan permohonan kita. Juga, kita sebaiknya tidak mengatakan, “Jika Engkau mahu,” karena Allah tidak terbatas oleh kehendak-Nya, dan Dia mampu melakukan apa pun yang Dia kehendaki.

Oleh karena itu, dalam berdoa, selain menghafal kata-kata, kita juga perlu menghayati maknanya dan meyakini bahwa doa-doa kita sampai kepada Allah dengan keyakinan yang kuat. Doa yang penuh keyakinan ini tidak hanya memberi dampak pada permohonan kita, tetapi juga membantu memperkuat ikatan spiritual kita dengan Allah SWT.

5. Berdoalah dengan Suara yang Lembut

Sebagai seorang hamba kepada Tuhannya, sepatutnya kita berdoa dengan menggunakan suara yang lembut, sopan, dan menyenangkan hati. Ketika kita berbicara kepada Allah SWT dalam doa, sikap tawaduk, hormat, dan kepatuhan harus tercermin dalam nada suara dan kata-kata yang kita gunakan.

Sebagaimana kita berbicara dengan hormat kepada orang yang memiliki kedudukan tinggi dan dihormati di dunia, lebih penting lagi bagi kita untuk berbicara dengan adab dan hormat kepada Allah Yang Maha Berkuasa. Allah adalah Pencipta dan Pemilik segala-galanya, dan kita sebagai hamba-Nya haruslah berbicara kepada-Nya dengan sikap rendah diri dan hormat yang tinggi.

Penting untuk mengingat bahwa doa bukan hanya tentang memohon kebutuhan kita, tetapi juga tentang menghadirkan diri kita di hadapan Allah dengan penghormatan dan kerendahan hati. Doa merupakan interaksi antara hamba dan Penciptanya, sehingga kita harus melakukannya dengan penuh penghayatan dan perasaan ikhlas.

Berbicara dengan suara yang lembut, sopan, dan penuh perenungan dalam doa juga membantu kita untuk merenungkan makna kata-kata yang kita ucapkan. Dengan begitu, kita lebih dapat menghayati setiap kata dalam doa dan menghadirkan diri kita sepenuhnya dalam momen tersebut.

Oleh karena itu, mari berdoa dengan sikap tawaduk, hormat, dan penuh penghayatan. Berbicaralah kepada Allah dengan suara yang lembut dan menyenangkan hati, sebagaimana layaknya seorang hamba yang berbicara kepada Tuhannya yang Maha Pemurah dan Pemilik Segala-galanya.

6. Menghadap Kiblat

Menghadap kiblat ketika berdoa adalah salah satu sunnah yang diamalkan oleh Rasulullah SAW. Hal ini merupakan tanda penghormatan dan kesadaran kita terhadap arah yang suci, yaitu Ka’bah di Makkah.

Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas’ud RA, disebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW menghadap ke Ka’bah ketika berdoa. Ini menunjukkan pentingnya mengarahkan hati dan perhatian kita kepada kiblat ketika berdoa, sebagai simbol dari kesatuan umat Islam dalam beribadah kepada Allah SWT.

Menghadap kiblat dalam berdoa juga membantu kita merasa lebih terhubung dengan tempat suci dan menghadirkan perasaan khusyuk dalam ibadah. Ini juga mengingatkan kita akan keterkaitan kita dengan umat Islam di seluruh dunia yang juga menghadap kiblat yang sama ketika berdoa.

Dengan menghadap kiblat, kita mengikuti jejak Rasulullah SAW dan menjaga adab dalam berdoa. Ini adalah salah satu cara untuk menunjukkan penghormatan, kepatuhan, dan rasa khusyuk dalam berinteraksi dengan Allah SWT, sang Pencipta dan Pemilik segala-galanya.

7. Beristighfar sebelum Memulakan Berdoa

Istighfar adalah tindakan memohon keampunan daripada segala dosa yang pernah kita lakukan sebagai hamba kepada Allah SWT.

Salah satu adab berdoa yang seringkali terlupakan adalah beristighfar sebelum memulakan doa. Dengan mengucapkan istighfar, kita dapat membersihkan hati dan jiwa daripada dosa-dosa yang mungkin telah menghalangi hubungan kita dengan Allah. Istighfar juga membantu kita memusatkan perhatian kita kepada Allah sebelum kita memohon sesuatu dalam doa.

Mengucapkan istighfar sebelum berdoa juga merupakan tanda kesedaran kita akan kelemahan dan kebutuhan kita kepada rahmat serta pengampunan Allah. Dengan merendahkan diri dalam istighfar, kita mengakui dosa-dosa kita dan memohon kepada Allah untuk mengampuni kita. Ini juga mengingatkan kita akan pentingnya menjaga hubungan baik dengan Allah dan menjauhi perbuatan-perbuatan yang merugikan diri kita sendiri.

Oleh itu, dalam setiap doa yang kita lakukan, mari kita jangan lupa untuk memulainya dengan beristighfar, memohon ampun kepada Allah atas segala dosa yang telah kita lakukan. Ini akan memberikan dimensi kesucian dan kebersihan hati serta merapatkan lagi hubungan kita dengan Allah dalam doa kita.

8. Memulakan Doa dengan Memuji Kebesaran Allah dan Berselawat kepada Nabi SAW

Memperbanyakkan berselawat kepada Nabi Muhammad SAW adalah tindakan yang sangat ditekankan dalam agama Islam.

Apabila kita menyelawat kepada Nabi Muhammad SAW dalam doa, kita sebenarnya memohon kepada Allah untuk melimpahkan rahmat dan kesejahteraan kepada baginda. Ini adalah cara untuk mengekspresikan kasih sayang, penghormatan, dan penghargaan kita terhadap Nabi yang telah membawa risalah dan petunjuk kepada umat manusia.

Dalam surah Al-Ahzab, ayat 56, Allah SWT berfirman:

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

Maksudnya: “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya berselawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, berselawatlah kamu untuk baginda dan ucapkanlah salam sejahtera kepadanya.”

Oleh itu, dalam doa-doa kita, kita dapat menyertakan selawat kepada Nabi Muhammad SAW sebagai tanda penghormatan dan pengakuan atas jasa dan kepimpinan baginda dalam membimbing umat manusia. Selawat juga dapat membawa kita lebih dekat kepada Nabi dan menguatkan ikatan spiritual dengan baginda.

9. Memohon Keampunan Allah

Benar sekali, memohon keampunan Allah dan mengaku serta menyesali dosa-dosa dalam setiap doa adalah tindakan penting bagi kita untuk menunjukkan ketulusan dan kerendahan hati kita kepada-Nya.

Dalam setiap doa yang kita panjatkan, sebaiknya kita menyertakan permohonan keampunan dari segala dosa dan kesalahan yang pernah kita lakukan. Ini adalah tanda kesedaran kita terhadap ketidaksempurnaan dan keterbatasan diri sebagai hamba Allah. Dengan mengaku dan menyesali dosa-dosa, kita menunjukkan penyesalan yang ikhlas dan keinginan untuk berubah menjadi lebih baik di hadapan-Nya.

Allah SWT berfirman dalam surah Al-Furqan, ayat 70-71:

إِلَّا مَن تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًا فَأُولَٰئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَّحِيمًا

Maksudnya:

“Melainkan orang yang bertaubat, beriman, dan beramal saleh; maka mereka itu Allah akan mengganti kesalahan mereka dengan kebaikan. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”

Oleh itu, berdoa dengan memohon keampunan dan taubat yang tulus adalah langkah penting dalam memperbaiki hubungan kita dengan Allah. Ini juga menjadi manifestasi dari tekad kita untuk menghindari dosa-dosa yang sama di masa depan dan menjalani kehidupan yang lebih taat dan beribadah kepada-Nya.

10. Memahami Isi dan Maksud Doa yang Dilafaz

Dalam berdoa, penting untuk menggunakan bahasa yang kita pahami dan merasa selesa dengan itu. Berdoa adalah bentuk komunikasi langsung kita dengan Allah, dan tujuannya adalah untuk menyampaikan perasaan, harapan, dan kebutuhan kita kepada-Nya. Oleh karena itu, jika kita merasa lebih mudah dan faham menggunakan Bahasa Melayu atau bahasa lain yang kita pahami, maka itu adalah pilihan yang baik.

Allah menciptakan kita dengan kepelbagaian bahasa dan budaya, dan Dia sangat memahami hati dan niat kita dalam berdoa, tanpa menghiraukan bahasa yang digunakan. Yang terpenting adalah keikhlasan dan keyakinan kita dalam menyampaikan permohonan dan harapan kepada-Nya.

Memahami adab berdoa dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari adalah langkah penting untuk memperkuat hubungan kita dengan Allah dan menghadirkan kesedaran tentang kehadiran-Nya dalam setiap aspek kehidupan kita. Semoga perkongsian mengenai adab berdoa dalam Islam ini memberikan manfaat yang berkekalan bagi kita semua.

Baca juga: Perkara yang Membatalkan Wudhu (Panduang LENGKAP).

Penutup

Kita dituntut untuk berdoa dalam Islam kerana berdoa adalah bentuk komunikasi langsung kita dengan Allah SWT. Allah SWT menciptakan manusia dan mengenal segala kebutuhan dan harapan kita. Dengan berdoa, kita menyatakan ketergantungan kita kepada-Nya, menyampaikan keinginan kita, dan memohon pertolongan serta rahmat-Nya.

Allah SWT dalam firman-Nya telah memerintahkan kita untuk berdoa, sebagaimana yang Anda sebutkan,

“Tuhanmu telah berkata berdoalah kepadaku nescaya aku perkenankan.”

(Surah Ghafir, Ayat 60).

Ini menunjukkan betapa Allah menginginkan komunikasi antara hamba-Nya dengan-Nya.

Dalam berdoa, terdapat tatacara yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW agar doa kita diterima dan diijabahi. Adab berdoa ini memastikan keikhlasan niat, kebersihan diri, fokus, keyakinan, dan penghormatan dalam berkomunikasi dengan Allah.

Pentingnya mengamalkan adab berdoa termasuk:

  1. Allah SWT Memperkenankan Permintaan: Dengan mengikuti adab berdoa, kita membuka pintu untuk permohonan kita dikabulkan oleh Allah.
  2. Mengupayakan Kebersihan dan Kesucian Diri: Adab berdoa mengajarkan kita untuk berdoa dalam keadaan suci dan bersih, memupuk kesucian dalam diri.
  3. Memupuk Sikap Berusaha: Adab berdoa mengajarkan kita untuk berusaha dan berdoa secara bersamaan. Kita harus berusaha dengan sungguh-sungguh, sambil menyadari bahwa hasil akhirnya terletak pada kehendak Allah.

Dengan memahami dan mengamalkan adab berdoa ini, kita dapat memperkuat hubungan kita dengan Allah SWT dan menjalani hidup dengan sikap tawakal yang seimbang antara usaha dan ketergantungan kepada-Nya.